Tuesday, December 30, 2008

Tour de Java

Rencana awal, libur akhir tahun ini mo pergi pake Surfer Grey (mobil rie) dengan member: Rie, Mas Ary, Antik, Wino, Adi, & Andi. Kemaren Wino confirm ga jadi ikut karena ibunya datang ke Bandung. Antik juga mendadak harus jenguk neneknya di Kebumen, jadi dia curi start balik kesana tanggal 24 jam 2 siang. Andi barusan confirm kalo dia dah dapet travel Cipaganti besok jam 4:30, nyampe BTC Bandung jam 7:30. Tadinya Yuvie kepengen ikutan gantiin Wino, tapi ternyata ga boleh pergi soalnya ada nikahan sodaranya. So, below is the update of Tour de Java Itinerary.

Tgl 27/12/2008
Andi datang kepagian, so dia naik angkot ke Dago. Rie & Andi sarapan dl di McD trus ke kampus rie daftar ulang, sementara Mas Ary ke carwash. Balik dari kampus, ternyata Surfer Grey dah cantik abis mandi. Rie & Andi naruh tas di bagasi trus belanja aqua, nu green tea, pocari sweat, dan snack buat di jalan. Adi datang, kita berangkat pas jam 9 sesuai rencana. Seperti yang sudah diprediksi sebelumnya, titik macet pertama keluar tol Cileunyi arah Jatinangor. Kami bertiga lunch di Alam Sari Sumedang pas jam 12, saat itu Antik dah nyampe Purwokerto. Titik macet berikutnya ada di Losari setelah keluar tol Cirebon, seperti yang kami lihat di TV, masih pake sistem buka-tutup karena satu ruas jalan masih dalam perbaikan. Jam 1 Antik berangkat dari Purwokerto menuju Slawi, dan ternyata nyampe duluan. Sambil nunggu kami jemput, Antik maem gule di Warung Gule Budi. Untunglah ga susah nemuin cewe ber-backpack 80 liter di warung gule yang nggak rame, jadi sekitar jam 4:30 kami sudah sampai rumah rie. Seperti biasa, Ibu rie sudah menyiapkan makanan kecil seperti nagasari, ketan pencok, & tape goreng. Saat kami masih ngemil, datanglah lima mangkuk baso panas yang langsung licin tandas tak bersisa. Setelah pada mandi & maghriban, kami meluncur menuju alun-alun Kota Tegal untuk makan Kupat Glabed. Bagi yang belum tau, makanan khas Tegal ini berupa potongan ketupat yang disiram kuah kuning bersantan kental bercampur potongan kecil tempe, disajikan dengan sate kerang dan sate kambing berbumbu legit. So yummy! Setelah menghabiskan 5 piring kupat glabed dan 8 tusuk sate kerang & 3 tusuk sate kambing, kami menuju ke kios Tahu Murni Putra untuk membeli tahu sumpil. Sambil makan tahu di jalan, kami melanjutkan perjalanan ke tukang martabak favorit rie di dekat Stasiun Kereta Api Slawi. Rie cuma mau beli sekotak buat icip-icip yang belum pernah, tapi Andi insist minta sekotak lagi. Alhasil kami pulang membawa dua kantong tahu dan dua kotak martabak manis keju susu. Mas Ary langsung tidur untuk menyiapkan stamina menyetir jarak jauh, sementara kita makan martabak sambil nonton TV. Tepatnya sih, mengagumi iklan2 baru (lihat), soalnya kami jarang nonton TV. Waktunya untuk tidur, perjalanan kami masih panjang.

Tgl 28/12/08
Abis subuh sekitar jam 5 pagi kami berangkat ke Dieng, tema hari ini adalah mountain day. Surprise juga ternyata team narsis autis masih bisa bangun + mandi + sarapan nasi goreng buatan Ibu rie sebelum berangkat. Dalam perjalanan ke Wonosobo., sepanjang jalan melewati sawah yang bertingkat-tingkat, ladang jagung, dan juga beberapa kebun strawberry! Semuanya dibingkai dengan sinar matahari yang muncul malu-malu dari balik bukit yang berkabut. Bentuk awan2nya juga keren, ga bergumpal-gumpal tapi semburat-semburat memanjang gitu deh.. Such a nice view! Semakin keatas, ladang jagung berkurang dan berganti kebun pisang & pepohonan.
Jam 6 tepat matahari muncul di depan kita. Mmm.. Emang lagi menuju ke arah timur siy.. Posisi udah nyampe wilayah Pemalang. Sementara sedang mengagumi bulatan sunrise, tiba-tiba gelap. Mataharinya terhalang kabut tebal lho.. Dah ga da yg dilihat, tidur dulu. Bangun2 jam 7an dah di daerah Klampok, di pinggir jalan banyak toko yg jual kerajinan tangan dari tanah liat & keramik. Hebat ya, pagi2 gini toko dah pada buka.. Kemudian lewat Purwonegoro, daerah asal artis jadul Heny Purwonegoro. Setelah lewat daerah Mrica, kita sampai Banjarnegara. Mulai pada sibuk ngemil Trenz dan tahu sumpil dan martabak yg ternyata masih sekotak lagi.
Perjalanan sih lancar, justru kepagian nyampe Wonosobo. Sayangnya, kami blom bisa beli mie ongklok di Wonosobo kota, karena emang blom buka. Akhirnya diputuskan untuk ke tempat beli oleh-oleh, dimana Antik beli keripik jamur khas daerah ini. Selesai belanja oleh2, kami langsung naik ke dataran tinggi Dieng. Jam 10 tepat kita nyampe pelataran parkir, tempat narsis pertama adalah Telaga Warna. Puas foto-foto di batang kayu yg menjorok ke telaga, kami berburu objek lain.
Jam 11 kelar foto2 di Telaga Warna, meluncur ke kompleks Kawah Sikidang. Bau belerang dimana-mana, si Andi sampe hampir throw up kalo ga diselamatkan oleh permen Fisherman Friends. Ga betah lama2 disana, kita langsung menuju objek selanjutnya yaitu Candi Bima. Candi ini berdiri sendirian, terpisah dari kompleks candi lain. Rie sempet masuk ke dalam candi, sementara Antik ga mau masuk gara2 ada kemenyan yg dibakar disana. Setelah itu kita ke kompleks Candi Arjuna. Disana ada beberapa Candi dan puing-puingnya. Sedih liat banyak yang ga komplit, misalnya relief Kresna yg tanpa muka. Kresna itu yang bawa senjata cakra kan? Trus biasanya kan di Candi Hindu biasanya ada Brahma-Shiva-Vishnu, nah, rata2 candi tadi ga ada arcanya, bener2 cuma relief di bagian luar candi. Jam 12:20 kita turun ke Wonosobo kota, mau berburu mie ongklok & tongseng kambing dulu. Sambil nunggu tongseng dimasak, rie sibuk makan tempe kemul sementara Andi, Adi & Antik sempet hunting ke distro sebelah utk prepare besok beach day :D
Project Tongseng Pak Wagiyo, accomplished. Setelah makan lima potong tempe kemul, empat porsi tongseng kambing, seporsi sate kambing, dan dua mangkuk wedang ronde, kami terdiam sejenak dan kembali autis dengan gadget masing-masing. Saat itu kita sudah mulai merasa kenyang, jadi memutuskan untuk icip-icip saja. Setelah makan mie ongklok sate dua mangkok rame-rame, kita menuju Kecamatan Garung, daerah asal Bapak rie. Sampai sana, tujuan pertama ke rumah Budhe Is. Ngobrol2 bentar sambil minum teh manis, trus lanjut ke rumah Mbah rie. Kedua orangtua Bapak rie seneng banget kita datang. Kita sholat & makan seadanya pakai tempe goreng & sayur sop, sementara nge-charge HP yg lowbat gara2 kebanyakan narsis & autis. Mbah sempet nangis waktu tau kita ga bakal nginep, tapi akhirnya mengijinkan kita melanjutkan perjalanan diiringi doa semoga selamat sampai tujuan. Balik lagi ke rumah Budhe untuk pamitan, ternyata Mbak Tati sepupu rie udah ngebuatin tempe kemul banyak banget. Karena kami makan disitu cuma satu berdua gara2 masih panas, akhirnya dikantongin untuk dibawa dalam perjalanan. Tempe kemulnya bener-bener enak sampai Antik nanya resep dan cara bikinnya ama Budhe & Mbak Tati.
Pergi dari rumah Mbah Rie di Garung - Wonosobo, kami berencana pergi ke pemandian air panas Kalianget. Terakhir mandi di Slawi jam 4 pagi sebelum Subuh. Setelah seharian di perjalanan, kena asap belerang, dan makan daging kambing, ditambah udara dingin, kebayang deh nikmatnya berendam di air panas. Perjalanan ke Kalianget diiringi hujan rintik2 yg bikin udara dalam mobil tambah dingin. Sesampainya di pelataran parkir, gerimis mulai menjadi hujan. Setelah menyiapkan baju renang & peralatan mandi lengkap, kami keluar dari mobil dengan berlari kecil ke loket penjualan tiket di bagian depan gedung. Ternyata loketnya tutup. Petugas disana menunjukkan arah loket masuk kolam renang di sayap kanan gedung. Sambil berlari-lari kecil karena kehujanan, kami menuju loket yang dimaksud. Sayangnya, kami ditolak oleh penjaga loket, karena kolam renang akan ditutup jam 6 sore, alias setengah jam lagi. Dia menyarankan untuk ke kamar berendam di sayap kiri bangunan yang di depan tadi. Saat menuju arah yang dimaksud, ternyata kami harus mengelilingi pagar pembatas kolam renang yang tak beratap, sementara cuaca tak bersahabat karena hujan semakin lebat. Berhamburanlah kami berlari dari satu pohon ke pohon lainnya, mirip pemain baseball yang habis mukul bola. Geli karena nasib malang yang menimpa, kami sempat berhenti berlari di salah satu gardu beratap, berusaha berteduh, tertawa terbahak-bahak menertawakan diri sendiri yang kehujanan.
Kami tertawa sambil menatap iri orang-orang yang sedang berenang dalam kolam air panas dibalik pagar pembatas. Miris! Capek ketawa, kami berusaha melanjutkan pencarian loket, masih dengan berlari-lari kecil. Akhirnya kami temukan tangga ke basement dengan penunjuk bertuliskan 'pemandian air panas'. Kami turun kebawah dan menemukan antrian, yang menurut Andi mirip antrian di puskesmas. Ada orang tua, remaja, sampe anak kecil, duduk di kursi tunggu kayu panjang bersandaran. Antik mulai duduk manis di salah satu kursi, mengeluarkan kantong plastik besar berisi Tempe Kemul buatan Mbak Tati (sepupu rie). Sementara yang lain ikut duduk dan melihat2 sekitar, rie nanya2 ke penjaga loket. Ternyata di pemandian ini ada beberapa kamar mandi 'standar' dan hanya tiga kamar mandi 'VIP'. Pas ada yg keluar dari kamar mandi 'standar' rie sempet lihat kedalam dan shocked! Gimana ga shock, karena ternyata bak rendamnya adalah bathub jaman purbakala berwarna coklat kekuningan, mungkin efek dari air panas berbelerang. Dilihat dari lubang angin diatas pintu, kamar mandi VIP terlihat lebih beradab, karena keramiknya berwarna cerah dan terlihat baru. Iseng-iseng nanya yang VIP masih ngantri tiga orang. Hmm.. It means, kalopun yg lg didalam keluar sekarang, kami harus menunggu 20 menit lagi di antrian. Lagipula, by the time kami bisa masuk, sudah tinggal 10 menit lagi sebelum pemandian tutup. Akhirnya kami putuskan untuk cancel rencana berendam. Kemalangan belum berakhir karena kami masih harus hujan-hujanan lagi menuju parkir mobil.
Karena keluar dari sayap kiri, kami baru ngeh ternyata loket kamar rendam itu dekat dari parkir mobil. Aargh! Dalam kondisi basah kehujanan, kami masuk mobil dan berusaha mengeringkan badan memakai handuk yang tadinya disiapkan untuk setelah berenang. (O_o)
Kami yang kedinginan melanjutkan perjalanan ke arah Parakan untuk nginep di Parai Dieng Kledung Pass yang view-nya TOP BGT. Tujuh belas kilometer kemudian, kami sampai hotel. Sempet kaget karena kamar kami tak terlihat memiliki kamar mandi, padahal cukup luas dan masing-masing ada jendela besar dan pintu menuju balkon. Bell boy seolah bisa membaca pikiran kami dan mengatakan: 'kamar mandi ada dalam lemari'. Lagi-lagi kita shock, dan membayangkan shower sempit dalam lemari. Setelah membuka pintu lemari, kami lega mendapati kamar mandi beneran yang menjorok keluar kamar kearah balkon, jadi yang dalam lemari cuma keset menuju kamar mandi. Akhirnya kami bisa mandi air panas dalam bathub yang jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan di pemandian tadi. Thats a happy ending story about para pencari air panas. :D Belum puas menikmati mandi air panas, kami harus buru2 makan dulu secara restoran tutup jam 8. Makan malam rie: nasi, sop buntut, kakap asam manis, dan sate jamur. Slurp! Kok masih ada appetite makan ya? Secara udah kebanyakan makan sejak turun dari Dieng. Balik makan, online dulu sebentar, trus bobo deh... Andi yang belum mandi, menikmati satu jam berendam di bathub sambil online dari communicator-nya, dari airnya panas ampe dingin. (>_<)!

Tgl 29/12/2008
Hari ini tepat jam 6 pagi, kami berangkat dari hotel. Schedule awal emang jam 5, tapi kami pengen tunggu sunrise. Ga ngaruh, soalnya berkabut. Gagal dapet view sunrise di Kledung Pass, tapi kesabaran kami lumayan ada hasilnya. Mendekati jam 6, kabut mulai menyingkir dan kami bisa menikmati keindahan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, masing masing dari sisi yang berbeda di hotel ini. Tema hari ini adalah beach day. Harus pagi2 cabut karena kami susur pantai pasir putih di daerah Wonosari - Gunung Kidul, rutenya dari yang paling jauh: pantai Krakal - Sundak - Drini - Kukup. Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Yogya, sampailah kita ke Pantai Krakal. Karena panas terik, kami cuma sedikit jalan2 & bernarsis ria. Lagipula, rie & Mas Ary udah pernah kesana. Berlanjut ke pantai Sundak, disini Antik, Adi, & Andi mulai mau ke bibir pantai untuk bernarsis ria. Lanjut lagi ke Pantai Drini. Masih kepanasan, rie & Mas Ary berteduh dibawah pohon dekat tempat parkir, sementara yang lain menemukan spot asyik buat narsis, yaitu pantai berair agak tenang dibalik karang. Kemudian kita lanjut ke pantai Kukup favorit rie. Waa.. Senangnya bisa kesana lagi! Rie terakhir ke Pantai Kukup bulan Januari, pas sepi banget jadi serasa private beach. Sayangnya kali ini penuh orang, jadi kurang nyaman. Sepanjang jalan setapak dari parkiran mobil menuju pantai, banyak yang jual udang baik digoreng biasa maupun jadi rempeyek. Tadinya kami mau makan seafood disana, tapi ga jadi karena kelihatannya kurang bersih. Alhasil kami kembali ke Yogya & makan di V-art Galery Cafe. Pesanan iga bakar rempah udah datang, makan dulu ya.. Iga bakarnya mantabh! Bumbu iga-nya berasa banget, manis-pedas. Dagingnya empuk, kuahnya asam-segar. Woohoo... ga salah kita belok ke resto ini. Suasanya restonya bertema seni, namanya juga Gallery Cafe. Ada awan-awan buatan yang menggantung dari langit-langit dan beberapa lukisan di dindingnya. Kami melanjutkan perjalanan ke Dagadu, tempat menjual oleh-oleh t-shirt / mug / gantungan kunci. Kelar pada belanja, kita check in di Hotel Mawar Saron 2 di daerah Ring Road Utara. It's a small hotel, but nice enough. Ga ada lagi bathub tempat berendam, tapi yang penting showernya tetep ada air panas-dingin. Kelar mandi & maghriban, kami bertamu ke rumah Mbak Tri (kakak rie) di Sleman. Mbak Tri menyarankan kami makan di Sego Macan, yang ukurannya sedikit lebih besar dari Sego Kucing. Sampai di tempat yang dituju, ternyata menu itu sudah tidak tersedia, sementara Antik sudah sempat makan Jenang Kombinasi alias Bubur Sumsum campur Candil, Ketan Hitam, dan Mutiara / Kembang Pacar. Kami meluncur ke Sego Macan lokasi lain di sekitar Selokan Mataram UGM. Udah mah susah parkir, ternyata nasinya abis, huhuhu... Kami kembali ke rencana awal untuk makan sego kucing & kopi joss di angkringan Tugu, yang ternyata nasinya abis juga. Jadilah kami menikmati kopi joss (kopi yang diberi arang panas) sambil makan bihun & capcay plus gorengan & sate usus / sate telur puyuh. Setelah mengantarkan Mbak Tri & ponakan2ku pulang, kami kembali ke hotel.

Tgl 30/12/2008
Sekitar jam 5:30 pagi, kami berangkat ke Wijilan untuk sarapan gudeg Yu Djum favorit rie. Nyampe sana, kami termasuk beberapa pengunjung pertama. Berhubung gudegnya belum datang, kami memanfaatkan waktu untuk nge-tek tempat duduk lesehan di dalam, dan tak lupa foto-foto. Kami memesan nasi gudeg sesuai selera, tak lupa rie memesan bungkus untuk oleh-oleh Ibu, Mertua, dan Tante. Sayangnya, saat rie pesan gudeg dalam kendhil (kemasan semacam kuali kecil dari tanah liat), kendhil yang ada dalam kondisi basah. Peracik gudeg ngomelin yang bawa kendhil karena kendhilnya basah, dan dia bilang ke rie kendhilnya ga ada. Agak kecewa, tapi rie rasa itu bagus, karena dia mau jaga kualitas gudegnya. Ada kemungkinan kalo gudegnya basah jadi kurang awet. Kelar menikmati gudeg, kami kembali ke hotel untuk melanjutkan beberes. Jam 8:30 kami berangkat ke Kraton, jalan-jalan ke istana raja Yogyakarta. Meskipun udah pernah kesana, seneng aja sih kesana lagi... Selain melihat-lihat memorabilia para raja, foto2 kereta kencana dari masa ke masa, yang paling menarik menurut rie adalah koleksi saringan air buatan Inggris. Rie ngebayangin di masa orang-orang kebanyakan masih minum dari kendi (tempat air minum yang terbuat dari tanah liat), sang raja sudah minum pakai air dispenser. Hehehe... Kemudian lanjut ke Malioboro untuk belanja oleh-oleh. Kami cuma sebentar belanja di Mirota yang ber-AC, Rie dapat sajadah kecil (alas sujud untuk kepala) batik warna-warni untuk oleh2 sementara Adi dapat sendal pelepah pisang titipan kakaknya. :D Rie sempet ketemu ama Mia, sobat rie waktu SMU, di pelataran parkir Benteng Vredeburg. Jam 11:40 kita meluncur ke arah keraton lagi untuk lunch di Bale Raos, rie udah reservasi untuk jam 12:00. Agak kaget sih, karena ternyata lokasinya bener-bener didalam benteng keraton. Lokasi yang sama dengan yang kita datangi pagi tadi. Such a nice place, dengan pilar2 hijau yang sama motif ukirannya dengan yang kita lihat di pendopo keraton. Yang spesial di rumah makan ini selain suasananya yang Jawa banget, kita bisa menikmati menu favorit para raja Yogya. Misalnya Bebek Suwir Suwir yang dipesan oleh Mas Ary, Antik, dan Andi adalah makanan favorit Sultan HB X, terbuat dari irisan daging bebek yang disajikan dengan irisan nanas goreng dan saus kedondong parut. Rasanya bener2 enak! Potongan daging bebek yang masih lengkap dengan kulitnya sama sekali tidak berasa amis, dan saus kedondong parutnya yang asam segar itu cocok banget untuk dikombinasikan ama rasa bebek goreng yang asin. Makanan yang rie pesan adalah Sanggar (favorit Sultan HB VIII) yang dibuat dari irisan daging sapi dengan bumbu rempah yang dipanggang dengan saputan kelapa dan dijepit dengan bilah bambu. Hmm... yang ini juicy banget deh! Dagingnya bener2 empuk dan ga alot, mungkin kalo cari persamaannya mirip ama rendang, bedanya irisan dagingnya tipis2 dan dijepit bilah bambu, dan bumbunya sama sekali tidak pedas dan cenderung manis-gurih karena rasa santan yang dominan. Pesanan Adi: Lombok Kethok juga nggak kalah seru, ini adalah potongan2 cabe merah dan hijau yang dimasak dengan potongan daging berukuran dadu. Meskipun bertabur cabai, masakan ini sama sekali tidak pedas. Rasanya manis mirip semur, tapi kuahnya sedikit dan lebih kental. Oya, Antik juga pesan tumis daun pepaya, rasanya enak nggak pahit. Salad Jawa yang dipesan Antik kurang spesial, karena standar banget kayak salad pada umumnya. Oya, rie pesan minum beer Jawa (non alkohol lho!), ini minuman yang diramu dari berbagai ingredients, rasanya mirip jamu tapi manis & enak kok. Yang lain pesan es beras kencur & es asem, ya... itu sih ga usah minum disini juga ada di tempat lain. Puas makan disana, ternyata tempat yang semula sepi waktu kita datang, mendadak rame. Antik sempet nanya, kalau ga reservasi bisa ga makan disana? Jawaban si Mbak-nya, kalo ga penuh sih silahkan aja, tapi biasanya penuh. Wow... segini nyempil-nya lokasi Bale Raos, ternyata marketingnya OK juga bisa menarik pembeli sedemikian rupa. Karena masih akan berburu coklat Monggo titipan Dhani IM yang hanya dijual di Mirota, tapi males balik lagi ke Malioboro, kami jalan lagi ke Mirota Kaliurang. Sedih pas Mas Ary nanya disana, coklatnya abis. Akhirnya rie & Mas Ary ngadem di mobil sambil nunggu yang lain kelar belanja. Adi menyusul ke mobil, Antik juga, tiba-tiba Andi datang dan bilang kalo kiriman coklatnya dah datang. Yatta! Rie turun lagi untuk beli coklat titipan, dan kamipun bisa melanjutkan perjalanan. Ceritanya kami mau ke Slawi via Semarang, jadi di daerah Ungaran kami berhenti untuk makan malam di RM Timlo Solo. Buat yang belum tau, timlo itu semacam sup bening berisi bihun, gulungan telur dadar kering, suwiran ayam, dan separuh butir telur ayam pindang. Harusnya sih ada jamurnya, tapi entah kenapa kali ini ga ada, mungkin habis. Kami sampai ke Slawi jam 12 malam lewat sedikit, langsung pada tidur deh...

Tgl 31/12/2008
Niatnya sih berangkat pagi, tapi ada suatu insiden kecil yang menyebabkan kita baru mulai jalan jam 10 pagi. Di jalan banyak kemacetan, jadi sementara Mas Ary serius menyetir, yang lain pada ngantuk berat dan akhirnya tidur. Alhamdulillah lancar, jam lima lebih kami masuk Bandung via tol Pasteur. Setelah nge-drop Antik & Andi di BTC untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta pake travel, Adi turun di seberang Dago Plaza untuk nyambung angkot pulang. Berakhir sudah Tour de Java, karena pada punya acara sendiri untuk New Year's Eve.

Thank you for reading this note. Hopefully our journey is an inspiring one. :)