Monday, February 23, 2009

Paragliding @ Puncak - 210109

Awalnya gara2 paragliding di Toga Hills Sumedang akhir Januari lalu, asyik banget sampe nagih. Jadilah rie susun rencana cobain lokasi lain untuk paragliding dan pilihan jatuh pada Puncak, karena lokasinya yang mudah dicapai.

Sabtu pagi, Rie n Andi nunggu Adi n Ai untuk ketemuan di McD Dago sambil pesen buryam. Sampe mereka datang, buryam-nya blom jadi. Alhasil si buryam kami take away n dimaem di perjalanan. Mampir dulu ke Nasi Timbel Bawean ambil pesenan untuk makan siang, trus meluncur ke arah Cibabat untuk nyamperin Antik. Setelah komplit berlima, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak.

Sebelum sampai Puncak, kami sempet kontak2an ama group lain yang berangkat dari Jakarta, juga ama provider paragliding tandem. Lokasinya kalo dari arah Bandung sebelum Masjid At Ta'awwun di Puncak Pass, ada belokan kekiri yang jalan berbatu, naik terus sampai ketemu deretan warung. Kami parkir disana sambil menunggu teman2 lain. Dari tempat parkir ini terlihat pemandangan kebun teh yang menghampar dan juga Masjid At Ta'awwun dibawah. Ga berapa lama, rie dkk ketemuan ama Alice, Dian, n Krisna yang sempet nyasar, kelewat dari lokasi, untung ga terlalu jauh. Trus Mas Ybenk datang bareng ama keluarganya.

Agenda tersembunyi kali ini adalah surprise ultah Andi. Kami bawakan mini blackforest dikelilingi lilin2 coklat & vanilla. Susah bener jaga lilin tetep nyala, soalnya angin di Puncak bertiup dengan kencang. Setelah acara tiup lilin, kami puterin video berisi gabungan foto2 trip bareng Andi, tentu saja dipilih pose-pose yang kocak. Kadonya adalah copy video tadi dan sebuah headband yang sudah dibordir tulisan 'Birthday Man' yang harus dipakai sepanjang hari ini. Andi juga harus meniup balon-balon panjang berwarna pink dan merah, diikat pakai tali rafia ukuran semeter, dan harus dia bawa kemana-mana.

Nah, acara utama nih... Antik mengajukan diri untuk jadi penerbang pertama. Kami sibuk mengabadikan momen Antik terbang baik dengan video maupun foto. Kemudian
Mas Ybenk menyusul Antik, abis itu giliran Rie. Ritual dimulai dengan memakai helm dan menggendong harness segede backpack 80liter yang nantinya bakal jadi tempat duduk rie di udara. Dilanjutkan dengan menyambungkan lock pengaman harness rie dan tandem master. Tunggu aba-aba, lari sepanjang landasan, dan... here I am, flying without wings! Asyik banget, kebetulan pas dapet angin bagus, jadi sempet terbang keatas, kekanan, kekiri, woohoo.... top deh pokoknya. Dari atas terlihat pemandangan hamparan kebun teh dibawah, ada aliran sungai berliku-liku, dan pegunungan (atau perbukitan?) yang hijau. Menurut rekaman video, rie terbang selama lebih dari lima menit, sedikit lebih lama dibandingkan waktu di Toga Hills. Menyusul rie adalah Alice, Arfan (anak mas Ybenk yang sukses jadi penerbang termuda hari ini) dan Andi the Birthday Man. Waktu Andi mau terbang, kami iketin keempat balon pink dan merah ke masing-masing pergelangan tangan dan kaki Andi. Jadilah selama terbang dia terganggu bunyi balon diterpa angin: brr...brrr...brrrr.... Begitu landing, Andi langsung dikerubutin anak2 setempat yang tertarik dengan balonnya. Mau nggak mau dengan pasrah Andi merelakan balon-balon yang ditiupnya dengan susah payah itu. Waktu Andi sedang terbang, datanglah rombongan teman-teman backpacker dari Couchsurfing dan Hospitality Club. Say hi dan berhaha-hihi sebentar, kemudian rie kembali mengabadikan momen terbang Ai. Deedee satu-satunya yang sempat terbang dari kloter terakhir, karena setelah itu turun hujan lebat. Menurut para tandem pilot, berbahaya terbang jika landing point tidak terlihat. As you may know, di Puncak kalo ujan pasti turun kabut.

Ga rela keujanan, kita masuk ke salah satu warung yang ada disana. Ngobrol2, ngebahas Andi yang terbang pake balon, dan kekocakan lain yang terjadi hari ini. Sempet foto2 bareng (narsis dah!) dan kompakan update status facebook (autis dah!), sampai hujan reda tapi kabut masih menggantung. Akhirnya kami berpisah dengan rombongan terakhir, karena mereka masih berharap cuaca membaik dan teman2 yang belum kebagian giliran bisa terbang. Sudah waktunya makan siang, kami mengambil bekal nasi timbel, kemudian masuk ke salah satu warung dekat parkiran untuk mencari minuman hangat. Makan, minum, dan mengobrol, kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Masjid At Ta'awwun. Selesai sholat, masih hujan dan berkabut, kami sempatkan foto-foto dulu di pelataran Masjid. Merasa hujan tidak akan berhenti dalam waktu yang lama, kamipun melanjutkan perjalanan kembali ke Bandung.

Sesampai kami di Bandung, langsung mengarah ke WaLe (Warung Lela). Berhubung yang terkenal disini adalah mie baso, kami memesan mie ayam jamur & yamien spesial sesuai selera (asin/manis). Ternyata siomaynya lebih enak dibandingkan baso & mie yg terasa biasa aja. Yang bikin rame malam itu adalah saat kami berusaha berfoto2 narsis menggunakan kamera pink milik Ai yang berbunyi 'oink' saat shutter ditekan. Saking narsisnya kami pengen ada foto ramean (all in) dengan segala cara. Dari kamera taruh di meja, diganjal pakai kotak rokok, sampai nyeberang ke meja kosong di sebelah demi mendapatkan angle foto yang OK. Si Pinky Oink ini cukup membuat kami tergelak-gelak tertawa sepanjang malam karena pilihan timer-nya ada yang bisa ambil tiga foto berturut-turut. Nggak mau rugi tampang begitu-begitu aja, kita memaksakan diri berganti pose tiap jepretan, alhasil yang muncul adalah muka-muka transparan seperti penampakan. Hiyyy! Puas bernarsis ria, kami pulang kerumah masing-masing, menyimpan tenaga untuk esok paginya.

What a day!

Wednesday, January 28, 2009

Tour de Bandung - January 2009

Mo sharing trip wiken kemarin ke Bandung dan sekitarnya. Rie kasih nama Tour de Bandung karena objek utamanya Ciwidey & Sumedang masih diseputar Bandung. Konsepnya everybody's invited. The more, the merrier! Dari rencana awal pergi berlima, jadi ramean empat mobil, xixixi... Silahkan dibaca. Mohon maaf kalo ada kata-kata yang tidak berkenan.

Regards,

Ririe

Day 1:
Jumat sore balik kantor bareng Tino, Adi, Andi, & Antik berangkat ke Bandung, disambut dengan hujan lebat begitu keluar tol Pasteur. Antik turun di Tamansari untuk melanjutkan perjalanan naik angkot Cicaheum-Ledeng. Kami lanjut ke laundry untuk naruh pakean seragam, trus nyadar kalo dah laper. :D Meluncurlah kami ke Bebek van Java di Dipati Ukur. Nyampe sana ujan reda, Tino & Adi langsung cabut naik angkot Kelapa-Dago. Jadilah Rie cuma bareng Andi makan satu paket isi dua potong Bebek van Kalasan plus ca kangkung. Yummy... Iseng online sambil makan, kami coba kontak team lain untuk cari tau posisi masing-masing. Hampir semua sudah on the way, kecuali Albert & Riwi yg masih di car wash di Cikampek. Waduh, dah kenyang nih... ngapain ya? Kontak Mas Ary, dah di Dago. Kelar makan kami jemput ke Dago, lalu sama-sama ke GGM nemenin Andi check in. Dari harga yang ditawarkan, sebenernya rie dah kebayang bakal dapet bunk bed kayak rata-rata penginepan backpacker. Tapi ternyata enggak lho! Dari tiga kamar yang dipesan Alice, semuanya bed beneran, ga ada yg tempat tidur tingkat. Dia pesan dua kamar kapasitas dua orang dan satu kamar kapasitas lima orang. Berhubung Albert, Riwi, & Andi mau sekamar, kita tambah satu extra bed. Alice sekamar ama Dian. Tya, Reni, Rintis, & Nendi sekamar ramean, sisa satu tempat tidur deh. Kelar check in, Andi ditinggal di GGM sementara rie & Mas Ary balik ke Dago. Baru aja nyampe, ditelpon Andi karena Tya dah nyampe Bandung tapi ga tau jalan. Singkat kata, ketemulah kami di Dago, antar Tya ke GGM, nemenin Tya makan Soto H. Gendut seberang Bakery Holland, and antar Tya ke rumah sodaranya. Kontak Alice, mobil Ari TW mo ke Buah Batu dulu jemput Ibey. Anak2 yg lain, masih pada di jalan, jadi rie & Mas Ary balik deh ke Dago. Satu rencana tereliminasi: nongkrong & makan indomie keju di Madtari. :D

Day 2:
Subuh-subuh dah ada SMS dari Alice & Yuvie bangunin rie. OK gals, I already wake up! Abis mandi rie ke GGM, menemukan Yuvie yang ga bisa masuk gara2 gerbang dalam masih terkunci. Di balik jeruji terlihat Andi, Riwi, & Albert sibuk mencari Pak Tatang penjaga penginapan. Tak lama kemudian, pintupun terbuka. Berhubung males naik ke lantai 3, Riwi kontak Tya via YM (maklum, BB user lebih suka YM daripada sms), info kami pergi ambil pesanan sarapan dulu. Sampai Nasi Timbel Bawean, mobil pembawa makanan baru datang, jadi sedikit menunggu untuk persiapan selusin kotak makanan. Balik ke GGM, semua udah lengkap di pelataran parkir. Hitung mobil ada empat, kok perasaan kebanyakan ya? Diputuskan untuk meninggalkan Kijang Nendi. Pembagiannya: Rie, Andi, Yuvie, Riwi, ikut Bang Albert. Alice, Dian, Ibey, ikut Ari. Nendi, Rintis, Reni, ikut Tya. Masuk tol Pasteur, keluar tol Kopo, lewat Soreang, Ciwidey, deretan kebun strawberry, nyampe deh ke Kawah Putih.

Parkiran masih lumayan sepi, tapi penjual strawberry di sekitarnya sudah sibuk menawarkan dagangan. Udara dingin menyergap begitu kami turun dari mobil. Yuvie survey spot untuk tempat sarapan dan menemukan saung bertuliskan "Shelter Willem Junghun". Setelah para cewek berfoto narsis dalam saung, acara sarapan dimulai. Kami lahap menyantap nasi timbel ayam plus tempe tahu, ikan asin, dan lalap sambal tanpa berkata-kata. O, rupanya pada laper tho! Tak lupa kami merapikan box bekas makanan dan membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

Kami melewati jalan setapak, sedikit demi sedikit tampaklah keindahan Kawah Putih. The view is magnificent! Hari ini air di Kawah Putih berwarna hijau kebiruan dibingkai oleh tanah berpasir putih. Batang kayu dan ranting yang tak berdaun disekitar kawah menambah keindahannya dengan latar belakang gunung hijau kecoklatan. Hmm... betah sekali mengedarkan pandangan ke sekeliling tanpa terhalang kabut. Puas menikmati keindahan Kawah Putih dan mengabadikannya dengan jepretan kamera, mulailah kami berfoto narsis. Tidak tanggung-tanggung, Albert & Ari TW bawa DSLR, sementara yang lain bermodalkan digicam dan kamera HP. Alice sibuk membuat video, sementara Rie bikin foto panoramic andalan. Yang jelas, semuanya menikmati sesi foto di seputar Kawah Putih. Tak lupa kami mengambil 'foto keluarga' dengan bantuan tripod, sehingga ketigabelas member terekam bersama. Sekitar jam sepuluh turun kabut berbau belerang yang menusuk, sehingga mau tak mau kami harus keluar dari sana. Ada yang belanja strawberry untuk oleh-oleh, minum jus strawberry segar, dan melihat pembuatan sate strawberry berlapis coklat dari air mancur, kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Perjalanan naik ke Situ Patenggang melewati hamparan kebun teh di perbukitan yang menurut Yuvie seperti berkarpet hijau tebal. Menurut rie sih, mengingatkan pada background standar window$ xp, xixixi... Sampai disana, para cowok langsung duduk ngopi, dan kami ngobrol-ngobrol sambil makan gorengan. Setelah tawar menawar perahu, didapat harga 150rb untuk kami berduabelas (Andi ga ikut, fobia air katanya, xixixi...). Pemandangan Situ Patenggang juga indah, karena danau itu dikelilingi perbukitan yang hijau. Kami sempat turun sebentar dari perahu untuk berfoto diatas batu cinta, sampai hujan membubarkan kita. Ari buru-buru menyelamatkan kamera, takut basah. Saat kami merapat, semua sudah dalam keadaan basah, langsung deh berlarian untuk berteduh. Maaf ya Bang Albert, kursi mobil Abang sedikit basah kena pakaian kami. ;)

Dingin-dingin gini enaknya berendem air panas. Ibey menawarkan pilihan Pemandian Air Panas Walini (ga ada view tapi lebih bersih) atau Pemandian Air Panas Cimanggu (view bagus). Kami pilih Cimanggu, lokasinya antara Situ Patenggang & Kawah Putih. Rie & Tya pilih kamar rendam sementara para cowok cuek berendam di kolam umum. Yang nggak berendam pada makan indomie rebus di warung sekitar pintu masuk. Kelar berendem kami duduk-duduk di saung pinggir kolam untuk menikmati sejuknya udara Ciwidey. Hmm... sudah mulai lapar! Kami memutuskan untuk skip schedule ke Kebun Strawberry, karena semua sudah lapar, dan oleh-oleh strawberry sudah didapat. Kamipun melanjutkan perjalanan turun ke Sindang Reret untuk makan siang.

Sampai di Saung Sawah Sindang Reret, kami memilih makanan yang ada di display, lalu diantar menuju saung ditengah sawah beneran. Berasa jadi petani yg istirahat setelah seharian mencangkul, hehehe... Karena itu sawah beneran, jadi ada tali centang perenang yang dikaitkan ke orang-orangan sawah berbaju aneh. Di sisi lain terlihat fasilitas flying fox yang tidak terlalu tinggi, mungkin untuk anak-anak. Kami makan dengan lahap. Gurame goreng & bakar, tumis genjer, sayur asem, peda merah bakar, tumis tahu, dan tak lupa tempe kesukaan Andi, semua habis dalam sekejap. Sedap! Perjalanan kembali ke Bandung tidak terlalu macet, sehingga kami bisa sampai sesuai schedule. Waktunya mandi dan istirahat sejenak. Riwi balik ke Jakarta karena ada acara, bye Riwi!

Jam 7 malam Rie & Mas Ary sudah stand by di The Stone. Setelah nge-guide arah lewat telepon, kamipun berkumpul disana menikmati keindahan kelap kelip lampu Bandung. Rainer & Mas Ary join disini, ketemuan juga ama beberapa temen Tya. Makan, ngobrol, sempet pake acara mati lampu segala, tiba-tiba dah hampir jam 10. Waktunya lanjut ke NAV Dago Plaza. Wah, Yuvie reserve tempat buat berapa orang nih, kok penuh gini? Pas lagi pada asyik nyanyi, Rie, Andi, & Mas Ary menyelinap ke Barcode & main bilyar disana. Dah lama ga ke Barcode, perasaan jadi rada kumuh. Berhubung dah pesan meja, kita tetep main. Balik ke NAV deket2 waktu bubaran, trus mencar deh... Rie & Mas Ary balik. Tya, Andi, Albert, lanjut dugem, yang lain balik ke GGM. C u tomorrow!

Day 3:
Abis antar Reni ke Baraya Travel untuk balik ke Jakarta, sisa member sarapan Bubur Ayam Mang Oyo di Jalan Sulanjana. Perjalanan ke Sumedang cuma pakai Livina Tya & Kijang Nendi, giliran mobil Ari yg istirahat. Rutenya dari Bandung keluar tol Cileunyi, 24km ke arah Cirebon sampai ketemu perempatan polres terus, ketemu perempatan BRI belok kanan masuk jalan kecil, tinggal ikutin papan penunjuk arah Kampung Toga satu kilometer dari situ. Setelah perjalanan penuh tanjakan yang berliku, sampailah kita ke puncak tempat paragliding di Toga Hills Sumedang. Nah, ini lah yang rie tunggu-tunggu! Sempet bingung karena kami pakai sendal gunung, akhirnya dapet pinjeman sepatu dari Pak Ishack (Toga Hills), dan kaos kaki Tya. For safety landing issue, sebaiknya emang pake sepatu. Pertama rie pakai helm, ga boleh kekencengan tapi ga boleh longgar juga. Kemudian mulai dipasang harness yang mengikat rie untuk terbang tandem bareng Pak Aris sang tandem master. Parasut sudah digelar dibelakang kami. Instruksi Pak Aris rie perhatikan baik-baik. Untuk mengabadikan momen ini, Ari sudah siap dengan DSLRnya, Alice rekam video dari sisi kanan, Andi rekam video dari sisi kiri. Narsis tingkat tinggi nih... OK, rie siap terbang!

Begitu ada aba-aba 1-2-3 rie lari ke pinggir jurang sampai kaki rie tidak menyentuh tanah lagi. Yatta! I'm flying without wings! View dari atas sangat indah, sejauh mata memandang terlihat alam Sumedang dengan bukit berwarna hijau tua, atap-atap rumah merah dan cokelat yang terlihat sangat kecil, hamparan sawah berwarna hijau kekuningan, dan jalan berkelak-kelok berwarna abu-abu. Tak berapa lama Pak Aris memberi instruksi untuk duduk di harness yang rie gendong seperti backpack. O, bisa duduk ya? Hehehe... maklum blom pernah. Rie cerewet bertanya pada Pak Aris yang menjawab dengan sabar. Pak, ini Sumedang kan yang kelihatan? O, sampai sejauh itu masih Sumedang? Hmm... luas juga ya! Pak, asyik ya paragliding. Bapak udah berapa lama terbang? Ya ampun, delapan tahun... lama juga. Trus tandemnya? Ow, tiga tahun ya. Wah, mau dong belajar paragliding. Hehehe... dan seterusnya.

Sekitar lima menit kemudian (yang menurut rie diatas sih lama banget), kami bersiap-siap untuk landing. Begitu kaki menyentuh tanah, lari seperti waktu take off, sampe akhirnya diinstruksikan untuk berhenti. Alhamdulillah, bisa take off, terbang, & landing dengan lancar. Di dekat lapangan tempat kami mendarat, sudah ada ojeg yang siap mengantar kembali ke atas. Sampai di puncak, pada nanya gimana rasanya terbang? Ya menurut rie sih asyik banget... beda ama Parasailing dimana badan kita ditarik muter & viewnya cuma laut & pantai. paragliding lebih asyik karena kita melayang bebas dan diarahkan oleh tandem master memanfaatkan arah angin. viewnya jadi bervariasi, trus paling asyik pas kita dibelokin arah, wow... unforgetable.

Setelah rie, Alice siap-siap terbang. Sempet ada gangguan sedikit karena ada masalah di tali parasut, tapi akhirnya bisa terbang dengan lancar. Andi malah dua kali ga jadi terbang, yang pertama parasut jatuh menimpa anak-anak di sisi kiri, yang kedua karena nunggu adzan. Kali ketiga, terbang lancar sampai akhirnya turun gerimis. Sekitar enam menit terbang sampai akhirnya landing sedikit terpeleset karena tanahnya basah. Kami bertiga merasa sangat beruntung bisa terbang. Tya, Oliv, & Ibey gagal terbang karena cuaca kurang bersahabat. Next time ya... Kami bertiga juga ketagihan kok. There will be next paragliding time. :) Buat Santos, Eva, Antik, Adi, Wino, Ai, Rina, Tino, Duri, semoga bisa paragliding bareng kalian, secara kalian ga ikutan kali ini.

Balik ke Bandung, beli oleh-oleh di Kartika Sari & Klapertaart Den Haag, kami langsung bubar jalan. CU on our next trip.

Tour de Bandung - January 2009

Mo sharing trip wiken kemarin ke Bandung dan sekitarnya. Rie kasih nama Tour de Bandung karena objek utamanya Ciwidey & Sumedang masih diseputar Bandung. Konsepnya everybody's invited. The more, the merrier! Dari rencana awal pergi berlima, jadi ramean empat mobil, xixixi... Silahkan dibaca. Mohon maaf kalo ada kata-kata yang tidak berkenan.

Regards,

Ririe

Day 1:
Jumat sore balik kantor bareng Tino, Adi, Andi, & Antik berangkat ke Bandung, disambut dengan hujan lebat begitu keluar tol Pasteur. Antik turun di Tamansari untuk melanjutkan perjalanan naik angkot Cicaheum-Ledeng. Kami lanjut ke laundry untuk naruh pakean seragam, trus nyadar kalo dah laper. :D Meluncurlah kami ke Bebek van Java di Dipati Ukur. Nyampe sana ujan reda, Tino & Adi langsung cabut naik angkot Kelapa-Dago. Jadilah Rie cuma bareng Andi makan satu paket isi dua potong Bebek van Kalasan plus ca kangkung. Yummy... Iseng online sambil makan, kami coba kontak team lain untuk cari tau posisi masing-masing. Hampir semua sudah on the way, kecuali Albert & Riwi yg masih di car wash di Cikampek. Waduh, dah kenyang nih... ngapain ya? Kontak Mas Ary, dah di Dago. Kelar makan kami jemput ke Dago, lalu sama-sama ke GGM nemenin Andi check in. Dari harga yang ditawarkan, sebenernya rie dah kebayang bakal dapet bunk bed kayak rata-rata penginepan backpacker. Tapi ternyata enggak lho! Dari tiga kamar yang dipesan Alice, semuanya bed beneran, ga ada yg tempat tidur tingkat. Dia pesan dua kamar kapasitas dua orang dan satu kamar kapasitas lima orang. Berhubung Albert, Riwi, & Andi mau sekamar, kita tambah satu extra bed. Alice sekamar ama Dian. Tya, Reni, Rintis, & Nendi sekamar ramean, sisa satu tempat tidur deh. Kelar check in, Andi ditinggal di GGM sementara rie & Mas Ary balik ke Dago. Baru aja nyampe, ditelpon Andi karena Tya dah nyampe Bandung tapi ga tau jalan. Singkat kata, ketemulah kami di Dago, antar Tya ke GGM, nemenin Tya makan Soto H. Gendut seberang Bakery Holland, and antar Tya ke rumah sodaranya. Kontak Alice, mobil Ari TW mo ke Buah Batu dulu jemput Ibey. Anak2 yg lain, masih pada di jalan, jadi rie & Mas Ary balik deh ke Dago. Satu rencana tereliminasi: nongkrong & makan indomie keju di Madtari. :D

Day 2:
Subuh-subuh dah ada SMS dari Alice & Yuvie bangunin rie. OK gals, I already wake up! Abis mandi rie ke GGM, menemukan Yuvie yang ga bisa masuk gara2 gerbang dalam masih terkunci. Di balik jeruji terlihat Andi, Riwi, & Albert sibuk mencari Pak Tatang penjaga penginapan. Tak lama kemudian, pintupun terbuka. Berhubung males naik ke lantai 3, Riwi kontak Tya via YM (maklum, BB user lebih suka YM daripada sms), info kami pergi ambil pesanan sarapan dulu. Sampai Nasi Timbel Bawean, mobil pembawa makanan baru datang, jadi sedikit menunggu untuk persiapan selusin kotak makanan. Balik ke GGM, semua udah lengkap di pelataran parkir. Hitung mobil ada empat, kok perasaan kebanyakan ya? Diputuskan untuk meninggalkan Kijang Nendi. Pembagiannya: Rie, Andi, Yuvie, Riwi, ikut Bang Albert. Alice, Dian, Ibey, ikut Ari. Nendi, Rintis, Reni, ikut Tya. Masuk tol Pasteur, keluar tol Kopo, lewat Soreang, Ciwidey, deretan kebun strawberry, nyampe deh ke Kawah Putih.

Parkiran masih lumayan sepi, tapi penjual strawberry di sekitarnya sudah sibuk menawarkan dagangan. Udara dingin menyergap begitu kami turun dari mobil. Yuvie survey spot untuk tempat sarapan dan menemukan saung bertuliskan "Shelter Willem Junghun". Setelah para cewek berfoto narsis dalam saung, acara sarapan dimulai. Kami lahap menyantap nasi timbel ayam plus tempe tahu, ikan asin, dan lalap sambal tanpa berkata-kata. O, rupanya pada laper tho! Tak lupa kami merapikan box bekas makanan dan membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

Kami melewati jalan setapak, sedikit demi sedikit tampaklah keindahan Kawah Putih. The view is magnificent! Hari ini air di Kawah Putih berwarna hijau kebiruan dibingkai oleh tanah berpasir putih. Batang kayu dan ranting yang tak berdaun disekitar kawah menambah keindahannya dengan latar belakang gunung hijau kecoklatan. Hmm... betah sekali mengedarkan pandangan ke sekeliling tanpa terhalang kabut. Puas menikmati keindahan Kawah Putih dan mengabadikannya dengan jepretan kamera, mulailah kami berfoto narsis. Tidak tanggung-tanggung, Albert & Ari TW bawa DSLR, sementara yang lain bermodalkan digicam dan kamera HP. Alice sibuk membuat video, sementara Rie bikin foto panoramic andalan. Yang jelas, semuanya menikmati sesi foto di seputar Kawah Putih. Tak lupa kami mengambil 'foto keluarga' dengan bantuan tripod, sehingga ketigabelas member terekam bersama. Sekitar jam sepuluh turun kabut berbau belerang yang menusuk, sehingga mau tak mau kami harus keluar dari sana. Ada yang belanja strawberry untuk oleh-oleh, minum jus strawberry segar, dan melihat pembuatan sate strawberry berlapis coklat dari air mancur, kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Perjalanan naik ke Situ Patenggang melewati hamparan kebun teh di perbukitan yang menurut Yuvie seperti berkarpet hijau tebal. Menurut rie sih, mengingatkan pada background standar window$ xp, xixixi... Sampai disana, para cowok langsung duduk ngopi, dan kami ngobrol-ngobrol sambil makan gorengan. Setelah tawar menawar perahu, didapat harga 150rb untuk kami berduabelas (Andi ga ikut, fobia air katanya, xixixi...). Pemandangan Situ Patenggang juga indah, karena danau itu dikelilingi perbukitan yang hijau. Kami sempat turun sebentar dari perahu untuk berfoto diatas batu cinta, sampai hujan membubarkan kita. Ari buru-buru menyelamatkan kamera, takut basah. Saat kami merapat, semua sudah dalam keadaan basah, langsung deh berlarian untuk berteduh. Maaf ya Bang Albert, kursi mobil Abang sedikit basah kena pakaian kami. ;)

Dingin-dingin gini enaknya berendem air panas. Ibey menawarkan pilihan Pemandian Air Panas Walini (ga ada view tapi lebih bersih) atau Pemandian Air Panas Cimanggu (view bagus). Kami pilih Cimanggu, lokasinya antara Situ Patenggang & Kawah Putih. Rie & Tya pilih kamar rendam sementara para cowok cuek berendam di kolam umum. Yang nggak berendam pada makan indomie rebus di warung sekitar pintu masuk. Kelar berendem kami duduk-duduk di saung pinggir kolam untuk menikmati sejuknya udara Ciwidey. Hmm... sudah mulai lapar! Kami memutuskan untuk skip schedule ke Kebun Strawberry, karena semua sudah lapar, dan oleh-oleh strawberry sudah didapat. Kamipun melanjutkan perjalanan turun ke Sindang Reret untuk makan siang.

Sampai di Saung Sawah Sindang Reret, kami memilih makanan yang ada di display, lalu diantar menuju saung ditengah sawah beneran. Berasa jadi petani yg istirahat setelah seharian mencangkul, hehehe... Karena itu sawah beneran, jadi ada tali centang perenang yang dikaitkan ke orang-orangan sawah berbaju aneh. Di sisi lain terlihat fasilitas flying fox yang tidak terlalu tinggi, mungkin untuk anak-anak. Kami makan dengan lahap. Gurame goreng & bakar, tumis genjer, sayur asem, peda merah bakar, tumis tahu, dan tak lupa tempe kesukaan Andi, semua habis dalam sekejap. Sedap! Perjalanan kembali ke Bandung tidak terlalu macet, sehingga kami bisa sampai sesuai schedule. Waktunya mandi dan istirahat sejenak. Riwi balik ke Jakarta karena ada acara, bye Riwi!

Jam 7 malam Rie & Mas Ary sudah stand by di The Stone. Setelah nge-guide arah lewat telepon, kamipun berkumpul disana menikmati keindahan kelap kelip lampu Bandung. Rainer & Mas Ary join disini, ketemuan juga ama beberapa temen Tya. Makan, ngobrol, sempet pake acara mati lampu segala, tiba-tiba dah hampir jam 10. Waktunya lanjut ke NAV Dago Plaza. Wah, Yuvie reserve tempat buat berapa orang nih, kok penuh gini? Pas lagi pada asyik nyanyi, Rie, Andi, & Mas Ary menyelinap ke Barcode & main bilyar disana. Dah lama ga ke Barcode, perasaan jadi rada kumuh. Berhubung dah pesan meja, kita tetep main. Balik ke NAV deket2 waktu bubaran, trus mencar deh... Rie & Mas Ary balik. Tya, Andi, Albert, lanjut dugem, yang lain balik ke GGM. C u tomorrow!

Day 3:
Abis antar Reni ke Baraya Travel untuk balik ke Jakarta, sisa member sarapan Bubur Ayam Mang Oyo di Jalan Sulanjana. Perjalanan ke Sumedang cuma pakai Livina Tya & Kijang Nendi, giliran mobil Ari yg istirahat. Rutenya dari Bandung keluar tol Cileunyi, 24km ke arah Cirebon sampai ketemu perempatan polres terus, ketemu perempatan BRI belok kanan masuk jalan kecil, tinggal ikutin papan penunjuk arah Kampung Toga satu kilometer dari situ. Setelah perjalanan penuh tanjakan yang berliku, sampailah kita ke puncak tempat paragliding di Toga Hills Sumedang. Nah, ini lah yang rie tunggu-tunggu! Sempet bingung karena kami pakai sendal gunung, akhirnya dapet pinjeman sepatu dari Pak Ishack (Toga Hills), dan kaos kaki Tya. For safety landing issue, sebaiknya emang pake sepatu. Pertama rie pakai helm, ga boleh kekencengan tapi ga boleh longgar juga. Kemudian mulai dipasang harness yang mengikat rie untuk terbang tandem bareng Pak Aris sang tandem master. Parasut sudah digelar dibelakang kami. Instruksi Pak Aris rie perhatikan baik-baik. Untuk mengabadikan momen ini, Ari sudah siap dengan DSLRnya, Alice rekam video dari sisi kanan, Andi rekam video dari sisi kiri. Narsis tingkat tinggi nih... OK, rie siap terbang!

Begitu ada aba-aba 1-2-3 rie lari ke pinggir jurang sampai kaki rie tidak menyentuh tanah lagi. Yatta! I'm flying without wings! View dari atas sangat indah, sejauh mata memandang terlihat alam Sumedang dengan bukit berwarna hijau tua, atap-atap rumah merah dan cokelat yang terlihat sangat kecil, hamparan sawah berwarna hijau kekuningan, dan jalan berkelak-kelok berwarna abu-abu. Tak berapa lama Pak Aris memberi instruksi untuk duduk di harness yang rie gendong seperti backpack. O, bisa duduk ya? Hehehe... maklum blom pernah. Rie cerewet bertanya pada Pak Aris yang menjawab dengan sabar. Pak, ini Sumedang kan yang kelihatan? O, sampai sejauh itu masih Sumedang? Hmm... luas juga ya! Pak, asyik ya paragliding. Bapak udah berapa lama terbang? Ya ampun, delapan tahun... lama juga. Trus tandemnya? Ow, tiga tahun ya. Wah, mau dong belajar paragliding. Hehehe... dan seterusnya.

Sekitar lima menit kemudian (yang menurut rie diatas sih lama banget), kami bersiap-siap untuk landing. Begitu kaki menyentuh tanah, lari seperti waktu take off, sampe akhirnya diinstruksikan untuk berhenti. Alhamdulillah, bisa take off, terbang, & landing dengan lancar. Di dekat lapangan tempat kami mendarat, sudah ada ojeg yang siap mengantar kembali ke atas. Sampai di puncak, pada nanya gimana rasanya terbang? Ya menurut rie sih asyik banget... beda ama Parasailing dimana badan kita ditarik muter & viewnya cuma laut & pantai. paragliding lebih asyik karena kita melayang bebas dan diarahkan oleh tandem master memanfaatkan arah angin. viewnya jadi bervariasi, trus paling asyik pas kita dibelokin arah, wow... unforgetable.

Setelah rie, Alice siap-siap terbang. Sempet ada gangguan sedikit karena ada masalah di tali parasut, tapi akhirnya bisa terbang dengan lancar. Andi malah dua kali ga jadi terbang, yang pertama parasut jatuh menimpa anak-anak di sisi kiri, yang kedua karena nunggu adzan. Kali ketiga, terbang lancar sampai akhirnya turun gerimis. Sekitar enam menit terbang sampai akhirnya landing sedikit terpeleset karena tanahnya basah. Kami bertiga merasa sangat beruntung bisa terbang. Tya, Oliv, & Ibey gagal terbang karena cuaca kurang bersahabat. Next time ya... Kami bertiga juga ketagihan kok. There will be next paragliding time. :)

Balik ke Bandung, beli oleh-oleh di Kartika Sari & Klapertaart Den Haag, kami langsung bubar jalan. CU on our next trip.